Pengikut

Mengenai Saya

DKI Jakarta Terpadat, Jakut, tapi akhir-akhir ini Jakbar, Indonesia
sombong, sok, angkuh, nyolot, belagu, sifat dasar manusia yang amat teramat melekat di gue

Jumat, 06 Februari 2015

terima kasih kura-kura

kemarin pagi seperti biasa saya berangkat menuju kantor saya yang berjarak hanya 15 menit saja dari kost saya di daerah tanjung gedong, grogol. saya sengaja berangkat agak pagian karena saya tidak ingin terburu-buru untuk membeli sarapan. setelah membeli sarapan kemudian saya menyetop metro mini berwarna orange dengan nomor jurusan 91 di bawah jembatan susilo. sepi penumpang nampaknya, hanya ada sekitar 5-6 orang saja termasuk saya di metro mini itu. 

baru saja saya duduk, kenetnya sudah menodong saya untuk membayar ongkos, tak pikir panjang saya langsung membayar ongkos yang sudah saya siapkan dari kostan. melewati sumber waras, kira-kira 2 orang penumpang turun, maka sisalah sekitar 3-4 orang penumpang di metro mini itu. 

hampir sampai di fly over roxy, terlihat ada mbak-mbak yang bersiap-siap untuk menyetop metro mini yang saya tumpangi. langsung terlintas cepat di otak saya bahwa dengan kemungkinan penumpang yang hanya tak seberapa ini supirnya akan lebih memilih lewat bawah fly over dan memutar di kolong fly over daripada memutar jauh di cideng barat. 

benarlah dugaan saya, supirnya menaikkan mbak-mbak itu dan mengambil jalur bawah fly over. saya tidak ingin berpikir buruk, siapa tahu supirnya berpikir lewat fly over macet dan lebih cepat lewat bawah fly over, tapi di sisi lain otak saya juga menyuruh saya untuk segera memanggil kenetnya lagi, yang sedang turun ke jalan men-sweeping jalur yang dilewati metro mini, untuk meminta setengah dari ongkos saya kalau saya diturunkan di putaran kolong fly over roxy. tapi saya tetap optimis bahwa supirnya tidak akan sejahat itu tega menurunkan penumpang yang baru naik dari susilo dan sumber waras, apalagi sudah menarik ongkos full dari kami. 

dengan masih berharap-harap setelah melewati kepadatan dan dihadapkan pada antrian mobil-mobil lainnya di depan yang sedang mengantri untuk putar balik di bawah kolong fly over roxy, ternyata supirnya memilih untuk keluar dari antrian, lega juga. 

hanya satu nafas leganya. dan tiba-tiba supirnya menikung tajam menyelak mobil lain yang sudah hampir memutar 180 derajat di bawah kolong fly over roxy. damn!

saya dan penumpang lainnya diturunkan dengan keji oleh supir dan kenet 91 itu di putaran kolong fly over roxy. sebelum saya turun, saya camkan baik-baik muka supir 91 yang keji itu. darah di tubuh saya sudah 90 derajat mendidih dan semakin naik gelegaknya. sumpah serapah sudah hampir keluar dari mulut saya, beberapa macam tindakan anarkis sudah mencuat di dalam pikiran saya, namun pada akhirnya saya memilih untuk segera turun dengan elegan dan menyumpah serapah di dalam hati saja.

saya kesal sekesal-kesalnya saya bisa kesal. benar-benar kesal.

saya berjalan sepanjang kolong fly over roxy dengan darah yang sudah 100 derajat mendidih dan dengan sumpah serapah maut untuk pak supir, sampai akhirnya saya berhenti untuk menunggu kendaraan selanjutnya yang bisa ditumpangi dari muara fly over itu.

saat sendiri memang saat yang tepat untuk menenangkan emosi dan pikiran.
dalam keadaan yang sudah dideskripsikan di atas tersebut, saya berpikir bahwa saya sungguh bernasib sial dan saya patut mengasihani diri saya sendiri karena segala macam kesialan yang pernah terjadi kepada saya yang pada saat itu entah kenapa tiba-tiba terlintas kembali dengan jelas di pikiran saya. menyedihkan.

sampai tiba-tiba entah apa yang membuat diri saya memunculkan sebuah ungkapan tentang kura-kura, bahwa: 
'kalo elo lagi merasa bernasib sial, lo inget di luar sana lagi ada kura-kura juga yang lagi tejungkal balik dan ga bisa balikin badannya sendiri'
(terus ada gambar kura-kura posisi telentang)

saya langsung kepikiran itu kura-kura kasian amat ya ga ada yang nolongin di utan sendirian. udah jalannya lambat, rumahnya berat, eh pake kejungkal balik ga bisa bangun sendiri. saya kalo dibandingkan dengan kura-kura itu mah apa atuh.

setelah kepikiran itu kura-kura, darah saya tiba-tiba tidak lagi menggelegak-gelegak seperti tadi. dengan cepat pikiran saya sudah dingin kembali. malah saya bersyukur saya masih bisa diberi kemampuan untuk bisa menyelamatkan diri sendiri.

setiap makhluk pasti punya musibahnya masing-masing. saya bersyukur otak saya memunculkan si kura-kura itu, jadi saya tidak mempermalukann diri saya sendiri dengan memaki-maki sembarangan untuk melepaskan emosi saya.


terima kasih kura-kura.